08 November 2010

Ya Rasulullah.. sudahkah kami mencintaimu?

Ya Rasulullah.., sudahkah kami mencintaimu?

Ibnu Abbas mengisahkan bahwa menjelang wafatnya, Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya dan memberi kesempatan pada semua yang pernah teraniaya oleh Rasulullah untuk membalasnya. Para sahabat yang dihadir dalam majelis tersebut semua terdiam dan suasana menjadi hening. Tiba-tiba seorang lelaki berdiri, dia adalah Ukasyah ibn Mukhsin.
Ia bercerita bahwa dalam perang Badar Rasulullah pernah mencambuknya tak sengaja. ”Ya Rasulullah, pada perang Badar engkau tidak sengaja telah mencambuk diriku, maka hari ini aku akan membalas perbuatamu tersebut”.

Rasul pun memerintahkan Bilal mengambil cemeti di rumah Fatimah dan diberikannya kepada Ukasyah. Sebelum pembalasan ini dilaksanakan Ukhasyah berkata kepada Rasulullah, “Tapi itu tak cukup, saat itu badanku tak terlapisi kain sehelai benang pun, maka aku ingin membalasnya dengan keadaan demikian”. ujar Ukasyah. Maka sang Nabi pun menggelontorkan pakaiannya dan siap menerima cambukan Ukasyah.

Suasanapun menjadi gaduh dan merasa panas, sebagian sahabat menjadi geram, dan sebagian lainnya menangis tak sanggup menatap orang yang dicintainya akan menerima cambukan.

Tapi, sekelebat kemudian Ukasyah menubruk dan memeluk Rasulullah dalam tangis terisak, "Siapa pula yang tega hati meng-qishas engkau ya Rasulullah? Aku berbuat demikian hanya agar tubuhku yang hina ini dapat bersentuhan dengan tubuhmu."

.:|:.

Ikhwah fillah, banyak orang yang mengaku cinta Rasulullah SAW tetapi mereka tidak tahu hakekatnya, bentuk serta konsekuensi dari cinta tersebut. Padahal semua itu telah dicontokan oleh generasi terbaik, seharusnya manusia yang ingin mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat harus mencontoh mereka.

Para sahabat dalam memahami cinta kepada Rasulullah SAW, membuktikan dengan segala pengorbanan, pembelaan dan konsekuensinya. Mereka tidak segan-segan mengorbankan harta yang paling mahal yang mereka miliki untuk membela Rasululah SAW. Dan cinta mereka kepada beliau melebihi cintanya kepada siapapun,

Sebagai realisasi dari hadits rawayat Imam Muslim dari Anas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang hamba beriman sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia.”

Begitu juga Abu Thalha yang telah menjadikan nyawa sebagai taruhan untuk sang kekasihnya sehingga ia menyatakan kepada Rasulullah SAW pada waktu perang Uhud: “Wahai Rasulullah SAW janganlah engkau memperlihatkan diri agar tak terkena anak panah pasukan musuh, cukuplah leherku yang menjadi tameng musuh asalkan leher engkau selamat.” Maka di akhir peperangan tersebut didapati pada tubuhnya tidak kurang dari 70 luka karena tusukan tombak, anak panah, dan sabetan pedang.

Hal serupa juga dilakukan oleh Abu Dujanah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Ishaq berkata: “Abu Dujanah pernah menjadikan dirinya sebagai perisai Rasulullah SAW dari panah musuh dengan merangkul Nabi sehingga panah musuh menancap dipunggungnya dan menghujam seluruh tubuhnya sementara ia tidak bergerak sama sekali.”

Dari Anas ra. dari Nabi saw, Rasulullah bersabda:
"Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia." (Muttafaq Alaih).

Mencintai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menaati beliau, shabar dalam menghidupkan sunnah-sunnahnya, mengikuti beliau dalam segala hal, mencintai beliau dan orang-orang yang dicintainya dan bershalawat kepadanya. Mencintai beliau bukanlah dengan melakukan aktifitas, perayaan-perayaan khusus yang sama sekali tidak pernah beliau ajarkan, sebab hal itu sama saja dengan menyelisihi perintah dan ketetapannya yang pada akhirnya dapat menyebabkan dosa dan maksiat kepadanya.

.:|:.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (Q.S. Al Ahzab[33]: 21)

http://www.alimmahdi.com/2010/02/ya-rasulullah-sudahkah-kami-mencintaimu.html

1 ulasan:

SILVER berkata...

Berikut ulasan ulama hadis terhadap kesahihan cerita Ulasyah ini:

1. Kata Ibn al-Jauzi (al-Mudhu'at, jld. 1, hlm. 301):

هذا حديث موضوع محال كافأ الله من وضعه وقبح من يشين الشريعة بمثل هذا التخليط البارد والكلام الذى لا يليق بالرسول صلى الله عليه وسلم ولا بالصحابة، والمتهم به عبد المنعم بن إدريس.

Hadis ini PALSU yang mustahil (berlaku). Moga Allah membalas kepada sesiapa yang mereka-rekanya dan (moga Allah) memburukkan sesiapa yang merosakkan Syariah dengan kekeliruan yang dingin dan kalam yang tidak layak bagi Nabi sallallah alaih wasallam dan tidak layak bagi sahabat. Orang yang dituduh (memalsukan hadis ini) ialah Abdul Mun'im bin Idris.

2. Kata al-Suyuti (al-Laali al-Masnu'ah, jld. 1, hlm. 257):
موضوع آفته عبد المنعم

Maksudnya: Hadis PALSU. Penyakitnya (pereka hadis ini) ialah Abdul Mun'im bin Idris.

3. Kata al-Haithami (Majma' al-Zawaid, jld. 8, hlm. 323):
رواه الطبراني وفيه عبد المنعم بن إدريس وهو كذاب وضاع

Maksudnya: (Hadis ini) riwayat al-Tabarani dan padanya (sanadnya) terdapat Abdul Mun'im bin Idris. Beliau pendusta dan pereka hadis.

http://rozaimiramle.blogspot.my/2014/10/status-kisah-ukasyah-yang-ingin-memukul.html?m=1